Halaman

Senin, 28 November 2011

Kurangnya Implementasi Pkn


TES TENGAH SEMESTER
KAJIAN KURIKULUM PKN di SD
Dosen  : Pak ari

“Kurangnya implementasi Pkn”

uksw_logo_bw.jpg


Disusun Oleh :

                                                Nama                           : Sudiyarto Elai Nugroho
                                                NIM                            : 292008014
                                                Kelas                           : E




S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2010



Daftar Isi

i.            Cover
ii.            Daftar isi

I.            Bab I Pendahuluan
1.1.   Latar belakang
1.2.   Rumusan masalah
1.3.   Tujuan penulisan

II.            Bab II Pembahasan
1.4.   Mengenal hakikat dan sasaran Pkn
1.5.   Masalah pengimplementasian Pkn
1.6.   Solusi

III.            Bab III Penutup
1.7.   Kesimpulan
1.8.   Saran
1.9.   Daftar Pustaka















BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Untuk menjalani hidup, manusia tidak dapat lepas dari proses belajar. Belajar itu sendiri mempunyai pengertian suatu proses dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan belajar intelektual manusia berkembang, sesuai dengan perkembangan fisiknya. Belajar dapat diperoleh melalui pendidikan formal di sekolah maupun melalui pengalaman hidup sehari hari. Melalui pendidikan di sekolah peserta didik belajar untuk memperoleh pengetahuan dan segala hal yang bermanfaat sebagai bekal menjalani hidup. Termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai hidup,seperti moral, demokrasi, sosial, dll. Salah satu mata pelajaran yang menyajikan nilai nilai  afektif adalah mata pelajaran PKn. Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang momfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pkn erat kaitannya dengan pembentukan watak /karakter yang mecerminkan sebagai warga negara yang baik. Hal inilah yang menjadikan Pkn wajib di berikan dalam pendidikan SD, supaya anak bangsa menjadi warga negara yang baik. Bila kita amati dalam realitas kehidupan yang ada, apakah tujuan dari Pkn itu sudah tercapai?, apakah ilmu Pkn yang di ajarkan di kelas sudah tertanam dalam diri masing-masing peserta didik?, bagaimana implementasinya? Tentu sebagian besar jawaban akan mengatakan bahwa Pkn belum seperti yang seharusnya diharapkan. Bagaimana mungkin bisa seperti itu sedangkan mata pelajaran Pkn dari dulu sudah diajarkan melalui pendidikan formal, bahkan tingkat dasar.. Apa yang seharusnya perlu dibenahi supaya tujuan dari Pkn ini tercapai. Ini yang akan menjadi tantangan untuk bangsa ini


B.       RUMUSAN MASALAH

Dari kenyataan yang ada saat ini bahwa moral bangsa mengalami penurunan, jiwa nasionalisme dan patriotisme mulai luntur, banyaknya tindak kejahatan dan pelanggaran moral. Hal ini mendorong pertanyaan mengapa moral bangsa menjadi seperti ini padahal Pkn telah diberikan turun temurun mulai dari jenjang pendidikan rendah hingga pendidikan tinggi, apa yang mempengaruhi dan bagaimana solusinya. Ini yang akan menjadi materi dari makalah ini.Pengimplementasian Pkn dirasa belum terwujud dengan baik. Banyak hal yang harus dibenahi supaya tujuan Pkn dapat tercapai optimal.

C.       TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum Pkn di SD sebagai pengganti tes tengah semester. Selain itu makalah ini juga dapat digunakan sebagai penambah wawasan bagi pendidik maupun calon pendidik
























BAB II
PEMBAHASAN


I.         Mengenal hakikat dan sasaran Pkn

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan Adalah mata pelajaran yang momfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan hal itu maka Pkn dikemas dalam tiga garis besar mata Pendidikan Kewarganegaraan, yang terdiri dari :
a.     Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik.
b.     Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan serta aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan mempengaruhi dan monitoring jalannya pemerintahan, dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, dan mengelola konflik.
c.     Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, dan perlindungan terhadap minoritas.
Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan bidang kajian interdisipliner, artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum, sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat.
Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan falsafah bangsa dan konstitusi negara Republik Indonesia.
Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran Kewarganegaraan yaitu membentuk warga negara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik mata pelajaran Kewarganegaraan ditandai dengan pemberian penekanan pada dimensi sikap dan keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga negara perlu memahami dan menguasai pengetahuan  yang lengkap tentang konsep dan prinsip-prinsip politik, hukum, dan moral civics. Setelah menguasai pengetahuan, selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki sikap atau karakter sebagai warga negara yang baik, dan memiliki keterampilan kewarganegaraan  dalam bentuk keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara  serta keterampilan menentukan posisi diri, serta kecakapan hidup (life skills).
Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) dan keterampilan kewarganegaraan (civics skills) akan menjadi seorang warga negara yang berkompeten. Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) serta nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) akan menjadi seorang warga negara yang memiliki rasa percaya diri, sedangkan warga negara yang telah memahami dan menguasai keterampilan kewarganegaraan (civics skills) serta nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) akan menjadi seorang warga negara yang memiliki komitmen kuat. Kemudian warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge), memahami dan menguasai keterampilan kewarganegaraan (civics skills), serta memahami dan menguasai nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) akan menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan, terampil dan berkepribadian.

II.      Masalah Pengimplementasian Pkn

Bila dilihat dari Tujuan dan strategi yang diterapkan seharusnya mata pelajaran Pkn mampu membawa Indonesia menjadi lebih baik, tapi kenapa justru moral bangsa semakin morosot. Semakin banyak tindak kejahatan dilakukan di Negeri ini, Korupsi sudah menjadi hal yang biasa, kasus kasus tidak diselesaikan secara adil, politik uang, suap dan sebagainya yang mengisyaratkan menurunnya moral bangsa ini.
Apa yang salah dengan Pkn? Ini perlu ditelusuri secara mendalam agar Pkn bisa diperjuangkan bersama. Jika menilik dari kurikulum dan strategi yang digunakan dalam mengajar Pkn, Pkn bisa dibilang sesuai dengan standar pendidikan. Seperti mata pelajaran lain yang selalu mengalami pembaharuan kurikulum dan strategi yang berkembang menjadi lebih baik. Bila dalam perencanaan tidak ada masalah, kemungkinan masalah terjadi dalam proses pendidikan. Dimana pengajaran Pkn tidak sesuai dengan kurikulum dan strategi yang telah ditetapkan. Hal ini bisa saja terjadi jika pendidik tidak mengajarkan Pkn dengan semestinya, misalkan pendidik hanya mengajarkan  pengetahuan (kognitif) tentang Pkn tetapi tidak menuntun peserta didik pada pembentukan karakter (afektif) dan kemampuan untuk mengimplementasikannya pada kehidupan nyata (psikomotorik). Pendidik yang seperti ini biasanya adalah pendidik yang hanya mefokuskan pengajaran pada hasil dari pada prosesnya, yang dimaksud hasil disini adalah nilai atau kelulusan. Selain itu pendidik yang kurang berkompeten juga mempengaruhi pada pengoptimalan pengajaran, bagaimana peserta didik bisa menguasai Pkn bila pendidiknya saja kurang berkompeten dan tidak bisa menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Disini penulis mengambil contoh nyata yang pernah penulis saksikan, dimana pendidik yang sedang mengajar di kelas rendah sekolah dasar justru mengajar sambil merokok di depan peserta didik. Oknum oknum seperti inilah yang disayangkan sebagai seorang pendidik.
Selain faktor pendidik, faktor globalisasi juga membawa pengaruh negatif bagi peserta didik. Informasi dan pengetahuan bisa di akses oleh semua peserta didik melalui internet baik itu informasi yang mendidik maupun informasi yang merusak moral peserta didik, gaya hidup modern juga merusak nilai luhur bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan dampak negatif globalisasi tidak diimbangi oleh Pendidikan moral yang lebih intens.
Membentuk warga negara yang baik melalui Pkn tidak hanya dalam dimensi rasional/ kognitif saja (pengetahuan saja) melainkan juga dimensi spiritual, emosional, dan sosial (sikap, karakter, iman dan keterampilan) contohnya para pejabat kita cerdas secara nasional(berwawasan dan berpengetahuan tinggi). Tetapi bagaimana dengan moralnya, imannya,sikapnya.itulah sebabnya banyak pejabat pejabat yang KKN, hal seperti itu tidak hanya karena kegagalan Pkn saja, tapi juga kurangnya ilmu agama.




III.   Solusi

Hal yang perlu diupayakan untuk saat ini adalah mempersiapkan tenaga Pendidik yang berkompeten dan idealis untuk mengajarkan Pkn kepada peserta didik sehingga tidak hanya sekedar menghasilkan warga negara yang cerdas tetapi juga berbudi luhur dan berakhlak mulia.
Pembaharuan juga perlu untuk terus meningkatkan kualitas. Pembaharuan yang dimaksud adalah pembaharuan yang mendukung pengajaran Pkn. Seperti kurikulum, strategi mengajar, metode mengajar, dan semua hal yang menentukan tercapai tidaknya tujuan Pkn tersebut. Untuk mendukung penerapan dari Pkn alangkah baiknya pendidikan moral diluar Pkn seperti pendidikan agama dan budi pekerti semakin dipertegas. Sehingga tidak hanya pengetahuan saja yang di tanamkan ke diri peserta didik tapi yang lebih penting dari itu adalah aspek aspek afektif (karakter, sikap, moral dan akhlak ) dan psikomotoriknya.
Bila karakter (afektif) yang baik sudah tertanam pada diri peserta didik, maka secara otomatis peserta didik akan memilah milah mana yang baik atau tidak baik untuk dilakukan. Sehingga akan timbul penolakan (self ekstem) terhadap dampak negatif globalisasi. Dengan demikian dampak negatif globalisasi bisa teratasi dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Di samping itu peran serta orang tua dan lingkungan sekitar turut menentukan perkembangan moral peserta didik.
.  













BAB III
PENUTUP


A.      KESIMPULAN

"Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan hanya sekedar menyampaikan sejumlah pengetahuan (ranah kognitif) sedangkan ranah afektif dan psikomotorik masih kurang diperhatikan,". Untuk itu perlu adanya tindak lanjut terhadap beberapa hal, diantaranya yaitu (1) mempersiapkan tenaga pendidik yang profesional, berkompeten dan berideologi tinggi terhadap Pkn, (2) pengembangan kurikulum, strategi dan cara/ metode mengajar yang berkesinambungan sehingga tujuan dapat tercapai optimal (yang memperhatikan ranah afektif) (3) pengoptimalan mata pelajaran yang menekankan pada moral seperti mata pelajaran agama dan budi pekerti (4) peran serta orang tua dan lingkungan sekitar untuk mendukung visi dan misi Pkn.

B.       SARAN

Kritik dan saran dapat pembaca sampaikan ke alamat email selain_co@yahoo.co.id
Terima kasih atas partisipasinya, semoga makalah ini bermanfaat. Bila ada kesalahan dalam penulisan atau penyampaian gagasan penulis meminta maaf. Terima kasih.

C.       DAFTAR PUSTAKA




1 komentar: