Halaman

Rabu, 09 April 2014

Macam-macam Administrasi Guru Kelas

Ada banyak sekali administrasi yang menjadi tugas dari setiap Guru.
Administrasi tersebut antara lain:
  1. Kalender Pendidikan (Kaldik)
  2. Jadwal Pelajaran
  3. Program Tahunan (PROTA)
  4. Program Semester (PROMES)
  5. Silabus
  6. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
  7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
  8. Daftar Nilai
  9. Data Siswa
  10. Daftar Presensi Siswa
  11. Buku catatan pribadi siswa
  12. Buku jurnal kelas
  13. Buku kegiatan pengayaan
  14. Buku Pendamping Nilai
  15. Buku kegiatan perbaikan/remidial
  16. Daftar Tugas Terstruktur/ Tidak Terstruktur
  17. Buku Inventaris kelas
  18. Dokumen hasil prosedur kelas dan kesepakatan kelas
  19. Buku penghubung kegiatan siswa (Buku Konsultasi)
  20. Buku keliling A dan B
  21. Buku Bank Soal
  22. Analisis Ulangan Harian
  23. Buku penggunaan alat peraga
  24. Buku pembinaan kerohanian (Renungan pagi dan ibadah)
  25. Buku Tamu
  26. Buku kegiatan Home Visit
  27. Buku notula
  28. Buku kegiatan belajar di luar kelas
  29. Buku Supervisi
  30. Buku Grafik Absensi
  31. Buku mutasi siswa
  32. Buku Pembinaan Wali kelas
  33. Buku pengambilan raport
  34. Daftar peserta ekstrakurikuler dan club
  35. Daftar kenaikan kelas
  36. Buku catatan keuangan
  37. Buku catatan kasus
Administrasi - administrasi tersebut dapat berkurang dan dapat pula bertambah lagi jenisnya sesuai dengan kebutuhan. Ada administrasi yang memang baku sebagai modal seorang Guru mengajar, ada pula yang hanya sekali pakai dan ada juga yang dapat digunakan secara berkelanjutan. Jika semua dapat dipenuhi dengan semestinya akan sangat bagus sekali. Evaluasi secara berkala dapat menemukan sisi positif dan negatif dari pengerjaan administrasi tersebut. Jika dirasa baik dan bermanfaat  maka akan dilanjutkan / dikembangkan tetapi jika dirasa memberatkan dan kurang efisien, maka dapat dikurangi ataupun dibuat administrasi yang lebih efisien. Kritik dan saran terbuka untuk pendidikan Indonesia.

Selasa, 18 Maret 2014

PAKEM UNTUK SISWA DAN PAKEM UNTUK GURU

Pilar dalam dunia pendidikan.Ya... itulah PAKEM Pembelajaran Aktif Kreatif Efisien dan Menyenangkan. dengan adanya PAKEM ini Peserta didik akan betah di sekolah dan memiliki minat untuk belajar. Tapi bagaimana dengan Pendidik? apakah para pendidik juga diberikan PAKEM(Pembuatan Administrasi Kelas Emang Menyenangkan)? Atau mungkin yang ada PAKEM (Pembuatan Administrasi Kelas Emang Merepotkan)? Apakah tujuan utama atau output yaitu peserta didik dapat optimal jika Pendidik terbebani dengan administrasi yang sifatnya hanya pelengkap dan bahkan sekedar syarat dan tidak ada tindak lanjut.?
Dari Tahun ke Tahun pemerintah sudah berusaha bagaimana mewujudkan PAKEM yang sesuai bagi peserta didik dengan segala metode dan pendekatan yang digunakan pada saat KBM. Pergantian kurikulum juga silih berganti disetiap periode kepemimpinan. Nama dan istilah dalam dunia pendidikan juga ikut diputar putar. Begitu gencar-gencarnya sehingga Pemerintah sanggup mengucurkan hampir sebagian besar APBN untuk pendidikan, imbasnya tuntutan bagi Pendidik semakin tinggi. Dengan Akreditasi selama 5 tahun sekali menjadikan PR bagi satuan pendidikan untuk mengerjakan semua administrasi tuntutan.
Motivasi sekolah akhir akhir ini hanya untuk mendapatkan akreditasi A yang berdampak pada minat dan cara pandang masyarakat terhadap sekolah. Karena motivasi inilah pendidik dipacu untuk menyelesaikan semua administrasi teoritis sebagai bahan untuk syarat nilai akreditasi. Kadang sebagai pendidik lupa tujuan utama adalah mencerdaskan anak bangsa, bukan hanya memenuhi administrasi yang kadang hanya dibuka sekali saat akreditasi saja.
Pada beberapa sekolah yang sedang berkembang, hal ini merupakan tantangan berat karena sekolah harus melakukan banyak sekali pengembangan dari administrasi standar skolah selain itu sekolah juga harus memiliki banyak sekali kegiatan untuk mendapatkan nilai +. akan tetapi pembelajaran yang PAKEM tidak akan semaksimal mungkin karena beban administrasi  yang menumpuk. Pembuatan alat peraga, pembuatan RPP yang bagus, persiapan mengajar untuk besok, dan lain sebagainya sekakan semua itu tersisihkan karena administrasi dan kegiatan kegiatan sekolah yang berlangsung hingga sore.
Ada 3 kemungkinan yang dapat diambil dari persoalan di atas 
1. Pembelajaran PAKEM dapat berjalan dengan maksimal dan Administrasi nunggak karena mempersiapkan KBM untuk mewujudkan PAKEM)
2. Administrasi lengkap dan bagus tetapi Pembelajaran PAKEM saat KBM tidak berjalan maksimal.
Atau kemungkinan super, yaitu
3. Pembelajaran PAKEM dapat berjalan maksimal dengan semua tuntutan adminitrasi tidak ada yang terlewat.

Yang manakah yang anda alami selama ini? Mungkin bagi sekolah Negeri tidak terlalu menjadi persoalan, tetapi bagi Sekolah swasta akan menjadi suatu tantangan dalam meningkatkan kualitas dan elektabilitasnya kepada publik.
Menanggapi semua problema ini apakah ada suatu sistim untuk mewujudkan PAKEM bukan hanya untuk peserta didik, tetapi untuk pendidik juga. Bukankah kualitas lebih baik daripada kuantitas.
Sedikit tetapi menyeluruh lebih baik daripada menyeluruh tetapi sedikit.:D



Kamis, 27 Februari 2014

Tiga Type Guru dalam Perspektif ICT

Tulisan ini berangkat dari hasil diskusi saya dengan Bapak Agus Sampurno dari Global Jaya School, Juara Pertama Acer Guraru (Guru Era Baru) Award 2011 (The New Era Teachers Ambassador 2011) angkatan pertama; beserta seorang kenalan baru dari situs Goesmart, Kang Denny Nugroho; mengenai perkembangan dunia pendidikan kaitannya guru dari sudut pandang ICT (Information and Communication Technology).

Setelah seminar ICT pada event ICT Indonesia Expo 2012 berjudul ”Optimalisasi Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran Abad 21” tersebut, kami bertiga mendiskusikan bagaimanakah kualitas guru kaitannya dalam pemanfaatan ICT (pada konteks guru di sekolah lebih akrab dikenal dengan TIK [Teknologi Informasi dan Komunikasi]). Apalagi saya yang berangkat dari EDUQO sebagai portal berita teknologi untuk pendidikan, terpanggil dalam menggalinya lebih lanjut mengenai fenomena kaderisasi Guru Ultra-Hi-Tech ini.

Sekilas mengenai seminar tersebut bahwa peran dan posisi ICT dalam proses KBM di kelas, sangat mendukung Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2010-2014; khususnya pada satu dari lima Renstra tersebut, yaitu ”Meningkatkan Kualitas/Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan” (dengan strategi teknisnya: ”Penyempurnaan Sistem Pembelajaran”). Bahkan ICT untuk pendidikan, tergolong sebagai salah satu dari sembilan terobosan pendidikan yang diakui pemerintah berdampak masal. Tetapi, berdasarkan data yang dipresentasikan Bapak Mohammad Ihsan selaku Sekretaris Jendral Ikatan Guru Indonesia (IGI), bahwa terdata di Republik ini sekitar 79% guru tidak menggunakan internet. Padahal dalam konteks ICT betapa mengakses internet merupakan salah satu keterampilan dasar (selain tentu saja sebelumnya piawai mengoperasikan komputer)  memasuki dunia teknologi selanjutnya.


Fakta nasional tersebut semakin mengkhawatirkan jika saya komparasikan dengan data riset World Economic Forum mengenai ranking ”Networked Readiness Index” Republik Indonesia. Indeks tersebut mengukur kesiapan berjejaring secara internet maupun intranet suatu negara dengan parameter tiga aspek:

1-Lingkungan ICT yang tersedia baik dalam lingkup negara atau komunitas;
2-Kesiapan pelaku utama ICT baik secara individu, bisnis, ataupun pemerintahan; dan
3-Penggunaan ICT di kalangan stakeholder.

Dengan ranking indeks itu, suatu negara yang menempati posisi puncak, menunjukkan tingkat daya saing dan kemajuan peradaban tertingginya dibandingkan negara lain. Sekalipun pada periode tahun 2011 Republik Indonesia naik ranking dengan menempati posisi ke-53 setelah sebelumnya pada tahun 2010 menempati ranking ke-67 (naik 14 tingkat); namun masih jauh kalah dengan Singapura (ranking ke-2) yang padahal secara kemerdekaan negara lebih telat 20 tahun dibandingkan Indonesia.

Di tingkat ASEAN, Indonesia memang menempati ranking ke-3 di bawah Malaysia (ranking ke-28) dan tentu saja ranking ke-1 yaitu Singapura; namun masih memerlukan kerjasama keras dan cerdas antar internal komponen bangsa, agar bisa memasuki, setidaknya 10 besar negara dengan tingkat ”Networked Readiness Index” tertinggi, menggeser salah satu negara berikut ini:

Peringkat ke-1: Swedia.
Peringkat ke-2: Singapura.
Peringkat ke-3: Finlandia.
Peringkat ke-4: Swiss.
Peringkat ke-5: Amerika Serikat.
Peringkat ke-6: Taiwan.
Peringkat ke-7: Denmark.
Peringkat ke-8: Kanada.
Peringkat ke-9: Norwegia.
Peringkat ke-10: Korea Selatan.

Guru-guru dengan kualitas Ultra-Hi-Tech sangat dibutuhkan Republik Indonesia hari ini demi mencetak generasi bangsa masa mendatang dengan SDM kompetitif secara kualitatif. Bahkan secara historis, urgensi aplikasi ICT dalam segenap aspek kehidupan bangsa Republik Indonesia sesungguhnya telah mulai menjadi perhatian pemerintah sejak era reformasi sekitar tahun 1998. Pada fase ”kebebasan” bersuara itu, pemerintahan era reformasi bahkan membentuk satuan khusus (task force) yang bertugas merencanakan dan melaksanakan penerapan ICT di Indonesia.

Task force tersebut mengklimaks pada tahun 2006 dengan dibentuknya Dewan TIK Nasional (DeTIKNas)—tentu kita telah mengetahui terminologi ”TIK” (Teknologi Informasi dan Komunikasi) lebih dikenal ketimbang ”ICT” (Information and Communication Technology) di kalangan dunia pendidikan—melalui Keputusan Presiden No. 26 tahun 2006. Satu fakta menarik yang saya temukan dalam buku ”Jejaring e-Pendidikan 2011” terbitan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2011; bahwa salah satu program kerja unggulan DeTIKNas yaitu penerapan TIK untuk pendidikan (e-pendidikan) yang pelaksanaannya terletak pada otoritas Kementrian Pendidikan Nasional.

Ilustrasi Guru Masa Depan Indonesia
Guru sebagai ujung tombak dalam proses pendidikan di sekolah, tentunya menjadi sosok pertama yang menerapkan TIK untuk pendidikan terkhusus dalam proses KBM. Apalagi pemerintah memang mengakui, keberhasilan penerapan TIK untuk pendidikan, berefek positif terhadap efektivitas dan efisiensi proses pendidikan itu sendiri. Efek positif selanjutnya dari penerapan TIK untuk pendidikan yaitu menghasilkan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Harapan pemerintah bahwa kelak muncul generasi bangsa Indonesia berpengetahuan yang terus mengembangkan diri secara kontinyu (long life learning) dan meningkatkan produktivitasnya.

Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) sebagai salah satu infrastruktur yang berfungsi tak ubahnya ”jalan raya” untuk lalu lintas pengakses ke pusat-pusat penyedia aplikasi dan konten e-pembelajaran, sudah mengembangkan aneka bentuk e-pembelajaran. Dalam hal ini, terdapat peran Guru yang dituntut untuk memiliki tingkat kemampuan teknologi tertentu secara personal, khususnya untuk menggunakan dua bentuk e-pembelajaran dari empat yang bisa dimanfaatkan secara luas, yaitu: (1) Portal Rumah Belajar; dan (2) Buku Sekolah Elektronik (BSE). Bentuk e-pembelajaran itu sendiri memberikan manfaat diantaranya bagi para Guru sebagai berikut:

(1) Memperoleh materi pembelajaran dengan akses lebih mudah;
(2) Meningkatkan kompetensi pedagogik pendidik, salah satunya kreativitas serta inovasi mengembangkan konten pembelajaran; dan
(3) Meningkatkan komunikasi interaktif dengan para peserta didik tanpa batas ruang dan waktu.

Lalu, bagaimanakah kesiapan para Guru menyikapi perubahan metode KBM kaitannya dalam penguasaan teknologi untuk mengaplikasikan bentuk e-pembelajaran tadi?


Saya sarikan tiga type Guru dalam perspektif ICT hasil diskusi saya dengan Pak Agus Sampurno yang jeli mengamati rekan seprofesinya di lapangan, apalagi saat beliau menjalankan perannya sebagai The New Era Teachers Ambassador 2011, versi produsen komputer Acer:

Type pertama: Low-Tech Teacher.
Pada kategori ini, berkumpulnya komunitas Guru yang benar-benar tidak mengerti sama sekali bagaimana cara mengoperasikan komputer sekalipun! Anak-anak abad 21 lazim menyebut fenomena demikian dengan sebutan ”gaptek” (gagap teknologi). Menurut Pak Agus, beberapa Guru low-tech ini masih kebingungan untuk apa mouse yang berada di samping komputer tersebut. Bagi mereka, komputer merupakan benda ”mewah” menakutkan untuk disentuh.

Type kedua: Mid-Tech Teacher.
Guru-guru pada kelompok ini sudah mulai bisa menggunakan komputer, mencakup penguasaan MS Office [Excel, Word, Power Point] dan termasuk Internet tingkat dasar; sebutlah mengirim e-mail bahkan hanya sekedar aktif di jejaring sosial seperti Facebook. Tetapi, mereka belum mengetahui bahwa betapa banyak software, aplikasi, situs, fitur apapun itu namanya dalam ruang lingkup ICT; yang sebetulnya memiliki nilai pendidikan kental untuk mempermudah proses KBM.

Type ketiga: Hi-Tech Teacher.
Penguasaan teknologinya sudah di atas rata-rata pada umumnya para Guru. Mereka memahami bahwa terdapat software pembelajaran bertebaran bahkan tanpa dikenai biaya; mengerti aplikasi pembelajaran yang bisa membantu proses KBM mereka; mengetahui situs penyedia materi tambahan pelajaran yang bisa memahamkan siswanya lebih dalam; tetapi guru pada kategori ini segera berdalih: “Jadi, untuk apa kami mengajar, jika teknologi sudah menjadi ‘Guru’ bagi para murid?!

Pak Agus memahami benar bahwa sense of learning di antara beberapa Guru berada dalam tingkat menyedihkan. Need for achievement para Guru tersebut untuk memberikan proses KBM yang terbaik masih lemah, terkecuali diiming-imingi “amplop” pelicin dan atau kredit sertifikasi tertentu demi menunjang kenaikan karirnya. Bahkan data yang terkuak oleh IGI pada seminar yang diatas tadi sempat saya sebut mengungkap; jikapun Guru telah naik jabatan dengan kenaikan sejumlah remunerasi tertentu, hanya 7% saja yang mereka investasikan untuk membeli media pembelajaran yang menunjang. Tantangan dalam aplikasi ICT untuk pendidikan, berupa kesiapan Guru secara SDM itu memang mengklimaks pada permasalahan mendasar: MINDSET.

Itupun yang menjadi alasan kuat betapa salah satu dari tema pelatihan IGI yaitu motivation training agar Guru senantiasa memberikan yang terbaik dalam proses KBM mereka serta ICT training terkhusus pada aplikasi teknologi untuk proses KBM juga. Begitupun dengan Acer melalui ajang Guraru (Guru Era Baru) Award sebagai bentuk apresiasi terhadap Ultra-Hi-Tech Teacher dalam pemanfaatan teknologi secara efektif dan kreatif. Belum lagi Konsorsium Gerakan Guru Melek Internet (KGGMI); Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer (Aptikom); hingga bahkan PT Telkom Indonesia yang mengampanyekan agar Guru mengoptimalkan ICT. Hal ini beralasan kuat pada satu hal bahwa untuk mengedukasi para Guru tersebut agar “melek” ICT, bukanlah pekerjaan hanya satu institusi, melainkan kerja gotong-royong semua komponen bangsa.

Maka jawaban solutif untuk menjawab fenomena kultur kontra-produktif yang “sangat khas Indonesia” ini berupa pemberian contoh dengan mengkader Ultra-Hi-Tech Teacher: sosok yang sangat menguasai ICT, namun tetap mengajar di lapangan dengan pemahaman bahwa murid pun masih memerlukan sentuhan manusia. Inilah eranya “Hi-Tech, Hi-Touch” dimana keseimbangan hidup senantiasa dipertahankan untuk menjaga keserasian kehidupan alam semesta.

Jadi, Anda yang berprofesi sebagai Guru, termasuk kategori yang mana?


Sumber: http://www.eduqo.com/2012/06/tiga-type-guru-dalam-perspektif-ict.html

Senin, 20 Januari 2014

KEGIATAN PRAMUKA



Dalam Kepramukaan terdapat banyak kegiatan. Pada prinsipnya semua kegiatan yang sesuai dengan PDK dan MK adalah kegiatan kepramukaan, akan tetapi terdapat kegiatan-kegiatan yang biasa bahkan rutin dilakukan dalam kepramukaan.
Kegiatan yang dapat diikuti semua golongan Pramuka

Jamboree On The Air (JOTA) dan Jambore On The Internet (JOTI), adalah pertemuan Pramuka melalui udara, bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) dan pertemuan Pramuka melalui internet. Kedua kegiatan ini dilaksanakan secara serentak. Kegiatan ini diselenggarakan di tingkat nasional dan internasional.
Estafet Tunas Kelapa ETK, adalah kirab Pramuka secara estafet dengan membawa obor, Bendera Merah Putih dan Panji Kepramukaan yang dilaksanakan oleh Kwartir Daerah dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Pramuka. Estafet dimulai dari beberapa titik pemberangkatan dan berakhir di arena Upacara HUT tingkat Daerah. Petugas ETK biasanya dari Pramuka Penggalang, Pramuka penegak dan Pramuka Pandega.
Perkemahan dan/atau upacara Hari Ulang Tahun Pramuka.

Kegiatan Pramuka Siaga

Selain kegiatan latihan rutin, Pramuka Siaga mempunyai kegiatan:

Pesta Siaga

Pesta Siaga adalah pertemuan untuk golongan Pramuka Siaga. Pesta Siaga diselenggarakan dalam dan/atau gabungan dari bentuk: Permainan Bersama (kegiatan keterampilan kepramukaan yang dikemas dengan permainan), Pameran Siaga, Pasar Siaga (simulasi situasi di pasar yang diperankan oleh Pramuka Siaga), Darmawisata, Pentas Seni Budaya, Karnaval, Perkemahan Satu Hari (Persari).
Kegiatan Pramuka Penggalang
Jambore

Jambore adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh kwartir Gerakan Pramuka, seperti Jambore Ranting, Jambore Cabang, Jambore Daerah, Jambore Nasional, Jambore Regional dan Jambore se-Dunia.

Lomba Tingkat

Lomba Tingkat (LT) adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk perlombaan beregu atau perorangan atas nama regu yang mempertandingkan sejumlah ketrampilan. Lomba tingkat dilaksanakan dalam bentuk perkemahan. Lomba tingkat terdiri atas: LT-I (tingkat gugus depan), LT-II (tingkat Kwartir Ranting), LT-III (tingkat Kwartir Cabang), LT-IV (tingkat Kwartir Daerah) dan LT-V (tingkat Kwartir Nasional).

Perkemahan Bhakti

Perkemahan Bakti (PB) adalah kegiatan Pramuka Penggalang dalam rangka bhakti pada masyarakat yang biasanya berwujud peran serta dalam kegiatan pembangunan.

Dianpinru

Gladian Pimpinan Regu (Dianpinru adalah kegiatan Pramuka Penggalang bagi Pemimpin Regu Utama (Pratama), Pemimpin Regu (Pinru), dan Wakil Pemimpin Regu (Wapinru), yang bertujuan memberikan pengetahuan di bidang manajerial dan kepemimpinan. Dianpinru diselenggarakan oleh gugusdepan, kwartir ranting atau kwartir cabang.

Perkemahan

Perkemahan, adalah pertemuan Pramuka Penggalang yang diselenggarakan secara reguler untuk mengevaluasi hasil latihan di gugusdepan dalam satu periode, seperti Perkemahan Pelantikan Penggalang Baru, Perkemahan Kenaiakan Tingkat (dari Penggalang Ramu ke Penggalang Rakit atau dari Penggalang Rakit ke Penggalang Terap), Perkemahan Sabtu Minggu (Persami), Perkemahan Jumat Sabtu Minggu (Perjusami), perkemahan hari libur, dan sejenisnya. perkemahan juga merupakan gerakan penghibur dan pengetahuan bagi mereka yang tak pernah mengenal dunia luar. selain itu perkemahan juga dapat dipakai oleh penggalang muhammadiyah yang sering disebut HIZBUL WATHAN.
Forum Penggalang

Forum Penggalang adalah pertemuan Pramuka Penggalang untuk mengkaji suatu permasalahan dan merumuskan hasil kajian serta memecahkan masalah secara bersama. Inti dari kegiatan ini adalah untuk pengenalan demokratisasi dan pembelajaran metode pemecahan masalah sebagai modal bagi para Pramuka Penggalang di masa yang akan datang.

Penjelajahan

Penjelajahan, adalah pertemuan Pramuka Penggalang berbentuk penjelajahan, dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu medan, peta, kompas dan survival.

Kegiatan Pramuka Penegak-Pandega
Raimuna

Raimuna adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pandega dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh kwartir Gerakan Pramuka, seperti Raimuna Ranting, Raimuna Cabang, Raimuna Daerah, Raimuna Nasional. Kata Raimuna berasal dari bahasa suku Asli di wilayah Yapen Waropen-papua, yang berasal dari kata Rai dan Muna yang artinya pertemuan ketua suku dalam suatu forum yang menghasilkan suatu tujuan suci untuk kepentingan bersama.

Raimuna Nasional VIII yang diadakan pada tahun 2003 merupakan Raimuna Nasional pertama yang diadakan diluar “kebiasaan” , Raimuna Nasional VIII diadakan di Taman Candi Prambanan-Yogyakarta , biasanya Raimuna Nasional diselenggarakan di BUPERTA WILADATIKA – CIbubur-Jakarta. Untuk Raimuna Nasional yang akan datang (Raimuna Nasional IX tahun 2008), akan dilaksanakan kembali di BUPER WILADATIKA – Cibubur-Jakarta Timur .
Gladian Pimpinan Satuan

Gladian Pimpinan Satuan, adalah kegiatan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega bagi Pemimpin Sangga Utama, Pemimpin Sangga, dan Wakil Pemimpin Sangga, yang bertujuan memberikan pengetahuan di bidang manajerial dan kepemimpinan. Dianpinsat diselenggarakan oleh gugusdepan, kwartir ranting atau kwartir cabang. Kwartir daerah dan Kwartir Nasional dapat menyelenggarakan Dianpinsat bila dipandang perlu.kwatir daerah suk ,kwatir nasional…………….
Perkemahan

Perkemahan, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang diselenggarakan secara reguler untuk mengevaluasi hasil latihan di gugusdepan dalam satu periode, seperti Perkemahan Sabtu Minggu (Persami), Perkemahan Jumat Sabtu Minggu (Perjusami), perkemahan hari libur, dan sejenisnya.
Perkemahan Wirakarya

Perkemahan Wirakarya (PW), adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega berbentuk perkemahan besar, dalam rangka mengadakan integrasi dengan masyarakat dan ikut serta dalam kegiatan pembangunan masyarakat. PW diselenggarakan oleh semua jajaran kwartir secara reguler, khusus untuk PW Nas, diselenggarakan apabila dipandang perlu.
Perkemahan Bhakti

Perkemahan Bakti (Perti), adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega berbentuk perkemahan besar, dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan dan pengalamannya selama mengadakan pembinaan, baik di gugusdepan maupun di Satuan karya Pramuka (Saka) dalam bentuk bakti kepada masyarakat.
PERAN SAKA (Perkemahan Antar Saka)

Perkemahan Antar (Peran) Saka, adalah Kegiatan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang menjadi anggota Satuan Karya Pramuka (Saka), berbentuk perkemahan besar, yang diselenggarakan oleh kwartir Gerakan Pramuka. Saat ini Gerakan Pramuka memiliki tujuh Saka. Peran Saka diselenggarakan apabila diikuti minimal oleh dua Satuan Karya Pramuka.
Pengembaraan

Pengembaraan, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega berbentuk penjelajahan, dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu medan, peta, kompas dan survival.
Latihan Pengembangan Kepemimpinan

Latihan Pengembangan Kepemimpinan, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menanamkan dan mengembangkan jiwa kepemimpinan bagi generasi muda agar dapat ikut serta dalam mengelola kwartir dan diharapkan di kemudian hari mampu menduduki posisi pimpinan dalam Gerakan Pramuka.
PPDK

Pelatihan Pengelola Dewan Kerja (PPDK), adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang menjadi anggota Dewan Kerja untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai pengelolaan Dewan Kerja, sehingga para anggota Dewan Kerja di wilayah binaannya dapat mengelola dewan kerjanya secara efektif dan efisien.
Kursus Instruktur Muda

Kursus Instruktur Muda, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega pengembangan potensi Pramuka, baik sebagai Pribadi, kelompok maupun organisasi untuk mensukseskan pelaksanaan upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pengentasan Kemiskinan dan Penanggulangan Bencana.
Penataran, Seminar dan Lokakarya

Penataran, Seminar, dan Lokakarya, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk mengkaji suatu permasalahan dan merumuskan hasil kajian serta memecahkan masalah secara bersama, sebagai bahan masukan bagi perkembangan Gerakan Pramuka.
Sidang Paripurna

Sidang Paripurna, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang tergabung dalam Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menyusun program kerja/kegiatan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam satu tahun dan akan dijadikan bahan dalam Rapat Kerja Kwartir.
Musppanitera

Musyawarah Pramuka Penegak dan Pandega Puteri dan Putera (Musppanitera), adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menyusun perencanaan pembinaan bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega di wilayah kwartir dalam satu masa bakti kwartir/dewan kerja dan akan dijadikan bahan pada musyawarah kwartirnya.
Ulang Janji

Ulang Janji adalah upacara pengucapan ulang janji (Trisatya) bagi Pramuka Penegak, Pandega dan Anggota Dewasa yang dilaksanakan pada malam tanggal 14 Agustus dalam rangka Hari Ulang Tahun Pramuka.
Kegiatan Pramuka Dewasa

Pramuka Dewasa adalah Pembantu Pembina, Pembina, Intruktur, Andalan dan anggota Majlis Pembimbing. Kegiatannya antara lain:

Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar (KMD)
Kursus Pembina Pramuka Mahir Lanjutan (KML)
Kursus Pelatih Pembina Pramuka Dasar (KPD)
Kursus Pelatih Pembina Pramuka Lanjutan (KPL)
Musyawarah Gugusdepan (Mugus), Musyawarah Ranting (Musran), Musyawarah Cabang (Muscab), Musyawarah daerah (Musda) dan Musyawarah Nasional (Munas)
Ulang Janji

Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi di luar ruangan. Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk beristirahat dari ramainya perkotaan, atau dari keramaian secara umum, untuk menikmati keindahan alam. Berkemah biasanya dilakukan dengan menginap di lokasi perkemahan, dengan menggunakan tenda, di bangunan primitif, atau tanpa atap sama sekali.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemah (kata benda) adalah tempat tinggal darurat, biasanya berupa tenda yang ujungnya hampir menyentuh tanah dibuat dari kain terpal dan sebagainya. perkemahan (kata benda) 1 hal berkemah; 2 himpunan kemah (pramuka, pasukan, dsb); tempat berkemah.

Berkemah sebagai aktivitas rekreasi mulai populer pada awal abad ke-20. Kegiatan ini juga umumnya disertai dengan kegiatan rekreasi luar ruangan lainnya, seperti mendaki gunung, berenang, memancing, dan bersepeda gunung.
Berkemah dalam Kepramukaan

Pramuka Penggalang tengah berkemah

Berkemah atau Perkemahan adalah salah satu macam kegiatan dalam kepramukaan yang dilaksanakan secara out bond. Kegiatan ini merupakan salah satu media pertemuan untuk Pramuka.
Tujuan Perkemahan

memeberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya, menjaga lingkungan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab akan masa depan yang menghormati keseimbangan alam.
Mengembangkan kemampuan diri mengatasi tantangan yang dihadapi, menyadari tidak ada sesuatu yang berlebih di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam kesederhanaan.
Membina kerjasama dan persatuan dan persaudaraan.

Macam Perkemahan

Ada beberapa macam perkemahan ditinjau dari beberapa hal:

Ditinjau dari Lamanya Waktu, yaitu:

Perkemahan Satu Hari. Yang termasuk dalam Perkemahan satu hari adalah Pesta Siaga
Perkemahan Sabtu Malam Minggu (Persami)
Perkemahan lebih dari tiga hari

Ditinjau dari Tempat Pelaksanaannya, yaitu:

Perkemahan Menetap
Perkemahan Safari (Berpindah-pindah)

Ditinjau dari Tujuannya, yaitu:

Kemah Bakti. Seperti; Perkemahan Wirakarya (PW)
Kemah Pelantikan. Seperti; Perkemahan Pelantikan Tamu Ambalan, Pelantikan Penggalang Ramu dan lain-lain
Kemah Lomba. Seperti; Lomba Tingkat (LT)
Kemah Rekreasi
Kemah Jambore. Seperti; Jambore Ranting (tingkat Kwartir Ranting/Kecamatan), Jambore Cabang (tingkat Kwartir Cabang / Kabupaten/Kota, Jambore Daerah (tingkat Kwartir Daerah / Provinsi, Jambore Nasional (tingkat Kwartir Nasional / se-Indonesia).
Kemah Riset/Penelitian

Ditinjau berdasarkan jumlah pesertanya, yaitu:

Perkemahan satu regu/sangga
Perkemahan satu Pasukan/Ambalan/Racana
Perkemahan tingkat Ranting/Cabang/Daerah/Nasional/Regional/Dunia.

Tambahan

Dalam berkemah kita perlu mencari tempat yang baik dan ideal, yaitu:

Tanahnya rata atau sedikit miring dan berumput dan terdapat pohon pelindung
Dekat dengan sumber air
Terjamin keamanannya
Tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari kampung dan jalan raya
Tidak terlalu jauh dengan pasar, pos keamanan dan pos kesehatan
Memiliki pemandangan menarik
 
SUMBER: https://www.facebook.com/PramukaSepatanBangkit?ref=stream

Minggu, 15 Desember 2013

Referensi yang perlu dicoba sebagai pendidik yang menggunakan pendekatan MI dalam pembelajaran

Persoalan pendidikan anak-anak, khususnya balita sat ini cukup menjadi perbincangan. Berbagai lembaga pendidikan usia pra sekolah, play group, full day dan sebagainya bermunculan sebagai tawaran solusi bagi pengasuhan anak-anak balita termasuk pendidikannya.

Bagaimanapun, tempat terbaik bagi anak-anak untuk bermain dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar alamiahnya seperti visual-spasial, motorik, verbal, sosial, logis-matematis dan kinestetik, adalah di rumah bersama orang tua.

Mengingat kenyataan bahwa pada satu sisi para orang tua sangat sibuk (terutama ibu) di luar, sehingga cenderung mempercayakan anak-anaknya di play group. Di sisi lain, terdapat orang tua yang tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk menitipkan anak-anaknya di play group maupun full day school, tetapi kebingungan bagaimana mengasuh anak-anaknya secara edukatif dan menyenangkan.

Buku ini menawarkan solusi bagi dua kategori orang tua di atas. Ditengah kesibukan, anda masih bisa bermain bersama anak-anak, tanpa harus direpotkan dengan tempat dan sarana. Termasuk tidak perlu khawatir jika anda tidak mampu mensekolahkan anak-anak di sekolah-sekolah terpadu. Karena buku ini memberikan contoh-contoh permainan edukatif tanpa perlu sarana-sarana mahal atau rumit.Permainan-permainan dalam buku ini justru menjunkirbalikkan persepsi bahwa pendidikan pra sekolah adalah mahal dan harus di tempat-tempat tertentu. Percaya atau tidak, anda bisa menciptakan puzzle kreatif-edukatif dari bungkus sereal atau susu formula. Itu sangat menyenangkan bagi balita-balita lucu di rumah.

Dikarenakan karakter anak-anak yang aktif dan serba ingin tahu, permainan-permainan dalam buku ini menekankan pada peran aktif anak-anak dan rasa senang yang dialaminya. Dengan peran aktif, anak-anak lebih mudah memahami konsep tentang angka 5 dengan melompat lima kali, daripada melihat angka 5 ditulis. Rasa senang turut membantu meresapkan memori positif pada otak anak-anak.

Permainan-permainan dalam buku ini dikelompokan ke dalam lima sasaran kemampuan alamiah yang ingin dikembangkan, yaitu sebagai berikut :

1. Permainan Meningkatkan Kemampuan Visual-Spasial Anak.
Kemampuan visual-spasial merupakan kemampuan memahami bentuk, gambar dan pola, desain, warna-warna dan tekstur yang kita lihat dengan mata luar kita maupun yang dibayangkan di dalam kepala. Kesadaran spasial termasuk orientasi tubuh terhadap obyek lain di dalam suatu ruang dan hubungan obyek-obyek tersebut satu sama lain. Anak-anak yang kuat dalam kemampuan ini sangat bagus dalam bermain puzzles, membaca peta, menemukan jalan disekitar tempat baru. Mereka cenderung berfikir grafis, memiliki opini tentang warna, tekstur yang sangat menyenangkan. Menyukai tampilan, proses membayangkan dan melihat dengan fikirannya.

Permainan yang termasuk dalam bagian ini dimulai dengan tingkat dasar : Apa itu warna, bentuk dan ukuran di dunia kita ? Informasi-informasi ini ditampilkan dalam beragam cara, seperti mencocokan warna, melompat ke dalam bentuk, menemukan ukuran, dan mencari benda di balik kaleng.

Permainan awal ini juga membantu anak-anak untuk sadar akan benda-benda di sekitar mereka dan bagaimana obyek-obyek diruang tersebut saling berhubungan satu sama lain. Dalam beberapa permainan, hal tersebut dilakukan dengan seluruh tubuh, salah satunya anak-anak berpura-pura mengendarai mobil dan berusaha untuk tidak bertabrakan dengan anak yang lain atau benda di sekitarnya. Dalam permainan lain, dilakukan dengan aktifitas otak seperti membuat peta atau menyelesaikan puzzles.

Pada akhirnya permainan ini membantu anak-anak melatih seni mevisualisasikan benda yang tidak mampu mereka lihat dengan mata kepala, seperti bintang atau organ bagian dalam tubuhnya.

Contoh Permainan :
Ayo Temukan Warnamu!

Dimainkan oleh dua orang atau lebih

Petunjuk
Ketika anda dan anak-anak berada di luar, sebutkan suatu warna dan sebarkan setiap anak untuk berlari terhadap sesuatu yang sama dengan warna yang disebutkan. Sebagai contoh, teriakan “kuning!” dan perhatikan siapa yang berlari menemukannya. Bergabunglah dan berlari bersama anak-anak. Pertimbangkan hal ini sebagai sarana olahraga juga.

Ulangi warna yang sama beberpa kali, seperti “Apalagi yang berwarna kuning?” dan biarkan anak-anak berlari hingga mereka menemukannya, sebagai contoh toples plastik kuning disembunyikan dibalik rumput.



2.Permainan meningkatkan kemampuan verbal-bahasa.
Keterampilan ini melibatkan pengetahuan bahasa, termasuk membaca, menulis, dan bebicara. Melibatkan pengetahuan tentang makna kata dan pemahaman idiom dan menyusun kata-kata. Anak-anak yang kuat kecenderungan verbalnya akan berhasil dalam permainan kata, menyusun cerita, berdebat, menulis kreatif, dan bercerita humor.

Untuk memberikan pada anak-anak apa yang dibutuhkan dalam keterampilan verbal-language tersebut, bab ini mengajukan pre-reading game, dengan pengenalan huruf melalui penglihatan, sentuhan, dan keseluruhan badan.

Sebab mengembangkan keterampilan verbal-language memerlukan kemampuan mendengarkan dengan baik, dapat dilakukan game yang mana mendengarkan merupakan bagian terbesar dari permainan tersebut.

Contoh Permainan :
Memancing Abjad
Dimainkan satu atau dua orang lebih

Bahan-bahan
Magnet kecil
Benang
Pensil
Huruf bermagnet, kertas dan jepitan kertas

Petunjuk
Ambil magnit dan ikat memggunakan benang. Ujung benang lainnya diikatkan pada pensil. Inilah tongkat pancingannya.

Letakkan huruf-huruf di atas lantai sedemikian sehingga bagian yang bermagnit menghadap ke atas. Sebarkan agar tidak saling menempel. Jika Anda tidak memiliki huruf bermagnit, potong kertas origami/kertas lipat warna membentuk huruf-huruf dari A sampai Z, rekatkan potongan kecil double tape pada salah satu sisinya, letakkan dengan bagian yang terdapat double tape menghadap ke atas.

Sebagai ganti pancingan magnet, gunakan kayu kecil atau penghapus yang telah dibungkus oleh double tape lalu ikat sebagaimana petunjuk membuat tongkat pancing di atas.

Lihatlah bagaimana anak Anda menyiapkan pancingan, mengayunkannya dan huruf apa yang ia tangkap. Berikan tepuk tangan dan tunjukkan kegembiraan Anda pada setiap huruf yang berhasil dipancing, hingga si kecil akan dengan bangga menunjukkan “tangkapannya” pada Anda.

INGAT ! Ini bukan tes. Jadi Anda tidak perlu berkata “Huruf Apa ini?” Lebih baik tunjukkan antusiasme pada setiap huruf yang dipancing. “Lihat apa yang kamu tangkap ! Kamu mendapatkan sebuah…....N !” Anda bisa berhenti tepat sebelum mengatakan nama huruf, agar memberi anak kesempatan menyebutkan huruf yang ia ketahui.

Jika ada beberapa pemain, sediakan beberapa pancingan dan bagikan kepada setiap anak, dan biarkan mereka mengail bersama. Anak yang lebih tua dapat memasang huruf yang dipancing untuk membentuk sebuah kata.



3.Permainan meningkatkan kemampuan berhitung
Contoh Permainan :
Kalung Sereal
Dimainkan satu atau dua orang lebih





4.Permainan meningkatkan kemampuan kinestetik
Contoh Permainan :
Bisbol Balon
Satu atau dua orang lebih

5.Kemampuan meningkatkan kemampuan interpersonal
Contoh Permainan :Siapa Di Dalam Kotak?
Dimainkan dua orang atau lebih

 



Sumber : http://forum.kompas.com/bincang-buku/32929-%5Brecommended%5D-57-permainan-kreatif-untuk-mencerdaskan-anak.html

Selasa, 09 Juli 2013

Multiple Intelligences Secara Singkat

Multiple Intelligences

Teori Multiple Intelligences pertama kali dikembangkan oleh

Dr. Howard Gardner, seorang Professor ilmu Kependidikan dari Harvard University di tahun 1983. Ia menyatakan bahwa teori tradisional tentang kecerdasan yang hanya berdasarkan pada IQ sangat terbatas.
Dr. Gardner  mengajukan ada 8 nilai kecerdasan berbeda yang harus diperhitungkan untuk melihat Potensi Anak-Anak dan Manusia Dewasa secara luas, yakni :
1. Linguistic intelligence ("word smart")
2. Logical-mathematical intelligence ("number/reasoning smart")
3. Spatial intelligence ("picture smart")
4. Bodily-Kinesthetic intelligence ("body smart")
5. Musical intelligence ("music smart")
6. Interpersonal intelligence ("people smart")
7. Intrapersonal intelligence ("self smart")
8. Naturalist intelligence ("nature smart")

Dr. Gardner  menyatakan bahwa budaya dan sistem pendidikan kita, termasuk sekolah pada umumnya masih memfokuskan perhatiannya pada Kecerdasan Bahasa dan Logika-Matematika.
Dr. Gardner berpendapat bahwa kita harus lebih memberi perhatian yang seimbang pada individu yang memiliki bakat di sisi nilai intelegensia yang lain, seperti : seniman, arsitek, penari, desainer, naturalis, terapis, pengusaha dan siapa saja yang memperkaya khasanah dunia kehidupan kita.
Sayangnya banyak anak-anak yang memiliki bakat-bakat tersebut kurang mendapatkan perhatian dan dukungan di sekolah. Mereka sering mendapat julukan "tidak mampu belajar", "gangguan kurang perhatian", "kurang mampu menerima pelajaran", ketika kemampuan belajar dan berfikir mereka yang unik tidak dapat diterima oleh ruang kelas yang "berhawa" linguistic or logical-mathematical.
Teori Multiple Intelligence juga berpengaruh pada orang dewasa, yang sering terhambat karirnya karena tidak dapat mengembangkan bakat intelegensinya secara optimal.
Bagaimana Melatih dan Mengembangkan 8 Nilai Kecerdasan ?
Salah satu yang utama dalam The Theory of Multiple Intelligences adalah : bagaimana menyediakan 8 Jejakjalur Potensi yang berbeda untuk belajar.
Intinya, apapun yang kita sebagai pendidik akan ajarkan kepada siswa, lihatlah bagaimana Anda dapat menghubungkannya dengan :
  • kata-kata ; words (linguistic intelligence)
  • angka-angka / logika ; numbers or logic (logical-mathematical intelligence)
  • gambar ; pictures (spatial intelligence)
  • music (musical intelligence)
  • cermin / pengendalian diri ; self-reflection (intrapersonal intelligence)
  • pengalaman merasakan ; a physical experience (bodily-kinesthetic intelligence)
  • pengalaman sosial ; a social experience (interpersonal intelligence), and/or
  • pengalaman berhadapan dengan alam ; an experience in the natural world. (naturalist intelligence)
Singkatnya, Anda tidak perlu mengajarkan sesuatu kepada seseorang dengan sekaligus 8 nilai tersebut. Cukup perhatikan dengan cermat kemungkinannya. Setiap siswa pasti akan lebih suka / cocok dengan salah satu dari 8 nilai tersebut.
Aktivasi otak tengah (mesenchepalon) yang dilakukan saat ini pada dasarnya adalah sebagai titik awal untuk mengaktifkan dan menyeimbangkan seluruh bagian otak, sehingga otak dapat bekerja optimal. Hasilnya, terutama pada anak-anak dapat segera memunculkan ke8 kemampuan tersebut. 
Selamat mencoba dan membagi ilmu !

Sumber :http://www.thomasarmstrong.com/multiple_intelligences.php

Rabu, 02 Januari 2013

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS  INSTRUMEN
Dalam suatu penelitian, bagaimana data yang diperoleh akurat dan objektif adalah sesuatu yang sangat esensi. Agar data yang dikumpulkan benar-benar berguna, maka alat ukur yang digunakan harus valid dan reliabel.
VALIDITAS
Validitas (Validity) yaitu sejauhmana suatu alat ukur tepat dalam mengukur suatu data, dengan kata lain apakah alat ukur yang dipakai memang mengukur sesuatu yang ingin diukur. Misalnya bila kita ingin mengukur cincin, maka kita gunakan timbangan emas. Bila ingin menimbang berat badan, maka kita gunakan timbangan berat badan. Jadi dapat disimpulkan bahwa timbangan emas valid untuk mengukur berat cincin, tapi timbangan berat badan tidak valid untuk mengukur cincin.
RELIABILITAS
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila diukur beberapa kali dengan alat ukur yang sama. Misalnya kita ingin mengukur jarak. Alat ukur pertama yang kita gunakan adalah meteran logam, dan alat ukur lainnya adalah dengan menghitung langkah kaki. Pengukuran dengan meteran logam akan mendapatkan hasil yang sama kalau pengukurannya diulang dua kali atau lebih. Namun sebaliknya jika pengukuran dengan tapak kaki, besar kemungkinan akan didapatkan hasil yang berbeda kalau pengukurannya diulang dua kali atau lebih.Jadi dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan meteran logam lebih reliabel dibandingkan dengan kaki.
CARA MENGUKUR VALIDITAS
Untuk mengetahui validitas instrumen/kuesioner biasanya dilakukan dengan tehnik korelasi Pearson Product Moment,yaitu cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel/pertanyaan dikatakan valid bila skor variabel/pertanyaan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor total.
CARA MENGUKUR RELIABILITAS
Pertanyaan dikatakan reliabel apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara :
  1. Repeated Measure. Pertanyaan ditanyakan pada responden berulang pada waktu yang berbeda, (misalnya sebulan kemudian), dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
  2. One Shot. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pada umumnya pengukuran reliabilitas sering dilakukan dengan one shot dengan beberapa pertanyaan. Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jika pertanyaannya tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan yang sudah valid baru secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.
Biasanya untuk keperluan uji instrumen/kuesioner ini, responden yang digunakan adalah pada lokasi yang berbeda dengan lokasi penelitian namun memiliki karakteristik yang sama. Biasanya jumlah responden yang digunakan adalah 10% dari jumlah sampel penelitian.
LANGKAH UJI KUESIONER PADA SPSS
Buka program SPSS, masukkan data-data hasil pengumpulan data sesuai dengan jumlah pertanyaan/variabel penelitian.Selanjutnya Klik”Analyze” pada menu pada bagian atas SPSS, pilih “Scale”, lalu pilih “Reliability Analysis”, Masukkan semua variabel ke dalam kotak “Items”,variabel/pertanyaan yang dimasukkan hanya variabel yang akan diuji saja. Pada “Model” biarkan pada pilihan “Alpha”. Lalu klik option”Statistics”, pada bagian “Descriptives for” klik pilihan “Item”,”Scale if item deleted”, sedangkan yang lain biarkan saja.Klik “Continue”,klik “OK”,maka akan keluar outputnya.
Interpretasi :
Hasil analisis reliability menghasilkan 2 bagian. Bagian pertama (item statistic) memperlihatkan hasil statistic deskriptif masing-masing variable(mean,st.deviasi,N). Pada bagian kedua menunjukkan hasil dari proses validitas dan reliabilitas. Ketentuan yang digunakan adalah pengujian dimulai dengan menguji validitas kuesioner baru dilanjutkan dengan uji reliabilitas.
  1. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan r tabel dengan r hitung.
Nilai r tabel dilihat pada tabel r dengan df= n-2 (n= jumlah responden/sampel) . Pada tingkat kemaknaan 5%, maka akan didapatkan angka r tabel.
Nilai r hasil/output SPSS dapat dilihat pada kolom”Corrected item-Total Correlation”.
Keputusan:
Masing-masing pertanyaan/pernyataan dibandingkan nilai r hasil/output dengan nilai r tabel, bila r hasil>r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.
  1. Uji Reliabilitas
Setelah semua pertanyaan valid semua, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Untuk mengetahui reliabilitas adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan r tabel. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai “Cronbach’s Alpha”. Ketentuannya : bila r Alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.