Halaman

Rabu, 04 Januari 2012

Pengertian Kepribadian, Watak dan Temperamen


Pengertian Kepribadian, Watak dan Temperamen
1. Kepribadian
“Kepribadian adalah organisasi dinamis di dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah-laku dan pikirannya secara karakteristik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.“ (G. Allport) Organisasi dinamis: maksudnya bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah meskipun ada suatu sistem organisasi yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian kita. Psikofisik: maksudnya organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisahkan) dalam satu kesatuan Menentukan: menunjukkan bahwa kepribadian mengandung kecenderungankecenderungan determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
Karakteristik (khas, unik): menunjukkan sifat individualis. Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri terhadap lingkungan, yang berarti tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan: kepribadian menghubungkan/mengantarai individu dengan lingkungan fisiologisnya (yang kadang-kadang menguasainya).
Di sini kepribadian mempunyai fungsi adaptasi dan menentukan.
2. Watak
Walaupun istilah kepribadian dan watak sering dipergunakan secara bertukartukar, namun Allport memberi pengertian berikut: “character is personality evaluated and personality is character devaluated”. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah “kepribadian.”


3. Temperamen
Pengertian temperamen dan kepribadian sering juga dikacaukan. Namun umum mengakui adanya perbedaan di antara keduanya. Temperamen dilihat sebagai disposisi yang sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan. Di sini peranan keturunan lebih penting/besar daripada segi-segi kepribadian yang lain.
Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”Menurut G. Ewald:
“Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani.”
Di sini peranan keturunan memainkan peranan penting, sedangkan pengaruh pendidikan dan lingkungan tidak ada. Dalam kaitan dengan watak, G. Ewald lebih melihat temperamen sebagai yang tetap seumur hidup, yang tak mengalami perkembangan, karena temperamen bergantung pada konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup. Sebaliknya watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau perkembangan.Watak sangat bergantung pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan, pengalaman, dan sebagainya).
4. Hubungan antara kepribadian, watak dan temperamen
Kepribadian, watak dan temperamen berkaitan satu sama lain. Ketiga-tiganya menyangkut diri seseorang. Kepribadian dan watak lebih dekat satu sama lain, bahkan sering disamakan. Kalau kita terutama bermaksud menggambarkan pribadi seseorang sebagaimana adanya, sifat dan pembawaannya yang khas, di situ kita bicara terutama mengenai kepribadiannya, yang punya keunikan tersendiri. Dalam perjalanannya, kepribadian seseorang berhadapan dengan lingkungannya, yang turut membentuknya hingga mencapai taraf kematangan tertentu. Kalau kita melakukan penilaian atas pribadi seseorang, maka hal itu lebih mengarah pada dirinya yang sudah terbentuk, yang dia sendiri turut bertanggung jawab di dalamnya. Inilah yang terutama dimaksud dengan watak. Kata watak dipakai baik dalam arti normatif maupun dalam arti deskriptif.
Dalam arti normatif kita berbicara terutama tentang watak; sedangkan dalam arti deskriptif, kita berbicara terutama tentang kepribadian. Berbicara tentang watak juga sekaligus bicara tentang kepribadian, bergantung mana yang kita tekankan, aspek normatifnya atau aspek deskriptifnya.
Temperamen lebih banyak ditentukan oleh struktur fisik-biologis seseorang, dan sifatnya tetap, oleh karenanya dapat dibuat perbedaan yang jelas dan bersifat tetap antara satu orang dengan yang lain. Temperamen merupakan bagian dari kepribadian, yang di dalamnya unsur bawaan lebih dominan. Namun berbicara mengenai temperamen juga berarti berbicara mengenai kepribadian, suatu kepribadian dengan temperamen tertentu. Tapi kalau bicara tentang perkembangan kepribadian, maka bukanlah terutama mengenai temperamennya, melainkan mengenai pribadi yang sudah mengalami proses pembentukan, berarti lebih dimaksudkan sebagai“watak.”
B. Jenis-jenis Temperamen
Pengelompokan manusia ke dalam beberapa tipe kepribadian merupakan suatu usaha yang sudah berlangsung lama, baik dengan usaha yang masih sederhana maupun usaha yang ilmiah. Dalam pendekatan ilmiah, walau para ahli menempuh cara pendekatan berbeda, namun sebenarnya mereka berangkat dari titik yang sama tapi dengan teknik berbeda. Para ahli berangkat dari pandangan bahwa kepribadian manusia itu variasinya hampir tak terhingga banyaknya. Akan tetapi, untuk memahami manusia yang bermacam-macam itu dibutuhkan teknik tertentu. Para ahli yang berpangkal pada cara pendekatan tipologis beranggapan bahwa walaupun variasi kepribadian manusia tiada terhingga banyaknya, namun semuanya berlandaskan pada sejumlah kecil komponen dasar. Berdasarkan atas dominasi komponen-komponen dasar itulah dilakukan penggolongan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu.


1. Ajaran tentang cairan badaniah
Ajaran ini dirumuskan oleh Hippocrates dan selanjutnya disempurnakan oleh Galenus. Ajaran dari kedua tokoh ini kemudian menjadi sangat terkenal dan mendasari banyak pemahaman yang dikembangkan oleh para ahli di kemudian hari. Hippocrates (460-370 SM) adalah Bapak Ilmu Kedokteran, sehingga tidak mengherankan kalau dia membahas kepribadian manusia dari titik tolak konstitusional. Hippocrates dipengaruhi oleh pandangan dari seorang filsuf alam (kosmolog) bernama Empedokles, yang berpandangan bahwa alam semesta ini beserta isinya tersusun dari empat unsur dasar, yaitu: tanah, air, udara, dan api, dengan sifat-sifat yang dikandungnya, yaitu: kering, basah, dingin dan panas. Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang, yakni: Sifat kering, terdapat dalam chole (empedu kuning); sifat basah, terdapat dalam melanchole (empedu hitam); sifat dingin, terdapat dalam phlegma (lendir); dan sifat panas, terdapat dalam sanguis (darah). Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dengan porsi tertentu. Apabila keempat cairan berada dalam porsi seimbang, orang berada dalam keadaan sehat (normal); apabila keseimbangannya yang proporsional itu terganggu, orang tersebut dalam keadaan sakit, menyimpang dari keadaan normal.
Galenus menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut. Dia sependapat dengan Hippocrates bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cai ran, yaitu: chole, melanchole, phlegma dan sanguis, dan bahwa cairan tersebut ada dalam tubuh manusia dalam proporsi tertentu. Apabila suatu cairan melebihi proporsi yang seharusnya (=dominan), maka akan mengakibatkan adanya sifatsifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat yang khas pada seseorang sebagai akibat dari dominannya salah satu cairan badaniah itu, oleh Galenus menyebutnya temperamen. Lalu dengan dasar pikiran yang telah dikemukakan itu Galenus menggolongkan manusia ke dalam empat tipe temperamen, yang berdasar pada dominasi salah satu cairan badaniahnya. Keempat tipe itu adalah: kholeris, melankolis, phlegmatis dan san guinis. Untuk jelasnya lihat tabel berikut:


Cairan badan Prinsip Tipe Sifat-sifat
Chole Tegangan kholeris Hidup (besar semangat) keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar, optimistis Melanchole Penegaran (rigidity) melankolis Mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pessimistis Phlegma Plastisitas phlegmatis Tak suka terburu-buru (kalem, tenang), tak mudah dipengaruhi, setia Sanguis Ekspansivitas sanguinis Hidup, mudah berganti haluan, ramah Tipologi Hippocrates-Galenus
2. Empat jenis temperamen
Keempat jenis temperamen di atas akan dijelaskan lebih lanjut :
1). Sanguinis. Ditandai dengan sifat: hangat, meluap-luap, lincah, bersemangat dan pribadi yang“menyenangkan.” Pada dasarnya mau menerima. Pengaruh/kejadian luar dengan gampang masuk ke pikiran dan perasaan, yang membangkitkan respons yang meledak-ledak. Perasaan lebih berperan dari pada pikiran refleksif dalam membentuk keputusan. Orang sanguinis sangat ramah kepada orang lain, sehingga dia biasanya dianggap seorang yang sangat ekstrovert.
2). Koleris. Seorang choleris tampil hangat, serba cepat, aktif, praktis, berkemauan keras, sanggup mencukupi keperluannya sendiri, dan sangat independen. Dia cenderung tegas dan berpendirian keras, dengan gampang dapat membuat keputusan bagi dirinya dan bagi orang lain. Seperti seorang sanguinis, seorang choleris adalah seorang ekstrovert, walau tidak seekstrovertnya seorang sanguinis. Seorang choleris hidup dengan aktif. Dia tidak butuh digerakkan dari luar, malah mempengaruhi lingkungannya dengan gagasan-gagasannya, rencana, tujuan, dan ambisiambisinya yang tak pernah surut.
3). Melankolis. Si melankolis adalah seorang yang paling “kaya” di antara semua temperamen. Dia seorang analisis, suka berkorban, bertipe perfeksionis dengan sifat emosi yang sangat sensitif. Tidak seorang pun yang dapat menikmati keindahan karya seni melebihi seorang melankolis. Sebenarnya dia mudah menjadi introv e r t , tetapi ketika perasaannya lebih dominan, dia masuk ke dalam bermacammacam keadaan jiwa. Kadang-kadang mengangkatnya pada kegembiraan yang tinggi yang membuatnya bertindak lebih ekstrovert. Akan tetapi pada saat lain dia akan murung dan depressi, dan selama periode ini dia menarik diri (withdrawn), dan bisa menjadi seorang yang begitu antagonistis (bersifat bermusuhan).
4). Phlegmatis. Si phlegmatis adalah seorang yang hidupnya tenang, gampangan, tak pernah merasa terganggu dengan suatu titik didih yang sedemikian tinggi sehingga dia hampir tak pernah marah. Dia adalah seorang dengan tipe yang mudah bergaul, dan paling menyenangkan di antara semua temperamen. Phlegmatis berkaitan dengan apa yang dipikirkan oleh Hippocrates mengenai cairan dalam badan yang menghasilkan yang “tenang,” “dingin,” “pelan,” temperamen yang memiliki keseimbangan yang baik. Baginya hidup adalah suatu kegembiraan, dan kadang menjauh dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Dia begitu tenang dan agak diam, sehingga tak pernah kelihatan terhasut, bagaimana pun keadaan sekitarnya.
C. Saya Bertemperamen Apa?
1. Dua belas kombinasi temperamen
Tidak mudah untuk menggolongkan orang hanya dalam salah satu jenis temperamen saja. Kita semuanya merupakan perpaduan antara paling tidak dua temperamen, satu yang dominan dan yang lain kurang dominan. Maka ada dua belas kemungkinan besar perpaduan temperamen, yakni: SanChlor, SanMel, SanPhleg, ChlorSan, ChlorMel, ChlorPhleg, MelSan, MelChlor, MelPhleg, PhlegSan, PhlegChlor, PhlegMel.
Dengan pembagian ini, seseorang lebih mudah membuat identifikasi dirinya sebagai salah satu dari kedua belas jenis perpaduan itu daripada keempat temperamen dasar. Pada dasarnya, setiap orang dapat memiliki sekaligus segala kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada temperamen yang dominan/utama dan yang kedua. Beberapa dari kekuatan dan kelemahan ini dapat saling menggagalkan satu sama lain, saling menguatkan, saling menonjolkan diri dan saling mempersulit yang lain. Kejadian seperti ini menciptakan keragaman
perilaku, prasangka, dan kemampuan-kemampuan alamiah dari orang dengan temperamen dominan yang sama tapi dengan temperamen tambahan (secondary temperament) yang berbeda.


2. Terjadinya variabel tambahan
Ada kemungkinan bahwa seseorang tidak cocok masuk ke dalam salah satu dari kedua belas jenis temperamen. Memang tidak ada dua orang yang persis sama. Akibatnya dapat mengubah gambaran sebagaimana dikemukakan di atas, sehingga seseorang tidak lagi cocok pada salah satu model tadi. Hal seperti ini dapat diterangkan sebagai berikut:
  • Persentase perbandingan antara predominant temperament dan secondary temperament. Perbandingannya tidak selalu 60/40. Ada perbedaan antara perpaduan 60/40 MelChlor dengan perpaduan 80/20 MelChlor; atau antara perpaduan 55/45 SanPhleg dengan perpaduan 85/15 SanPhleg, dan seterusnya.
  • Latar belakang yang berbeda dan childhood training dapat mengubah pengungkapan dari salah satu jenis temperamen. Seorang MelPhleg yang dibesarkan dalam kekejaman dan kebencian orang tua akan berbeda dengan seorang MelPhleg yang dibesarkan dalam suasana penuh kasih sayang dan perhatian. Keduanya memiliki kekuatan dan talenta yang sama. Akan tetapi, seorang barangkali mengatasinya dengan permusuhan, depresi atau menganiaya diri sendiri sehingga dengan demikian dia tidak pernah menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
  • Sering tidak objektif apabila kita mengamati diri kita sendiri. Oleh karena itu, merupakan hal yang bermanfaat apabila kita mendiskusikan mengenai temperamen kita bersama dengan teman dekat. Kebanyakan orang melihat dirinya dengan memakai kaca mata hitam. Perhatikan ungkapan seorang penyair, Robert Burns: “Oh, to see ourselves as others see us.”
  • Pendidikan dan tingkat inteligensi juga dapat mempengaruhi penilaian atas temperamen seseorang. Seorang MelSan dengan IQ yang sangat tinggi akan tampil berbeda dengan seorang MelSan yang memilki IQ rata-rata atau rendah. Pendidikan sangat membantu seseorang untuk mencapai kematangan.
  • Kesehatan dan metabolisme juga termasuk penting. Seorang ChlorPhleg dengan kondisi kesehatan yang baik akan lebih agresif daripada seorang chorPhleg dengan cacad atau mengalami gangguan kesehatan. Seorang PhlegMel penggugup akan lebih aktif daripada seorang phlegMel yang menderita tekanan darah rendah.
  • Tiga macam temperamen kadang hadir dalam diri seseorang. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat (dengan persentase kecil) orangorang yang memiliki satu predominant temperament dengan dua secondary temperament.
  • Motivasi juga memainkan peran yang tidak sedikit. Jika seseorang sedang termotivasi, hal itu akan memiliki pengaruh nyata atas perilakunya, dan mengabaikan perpaduan temperamennya.
Kesimpulan
Sejak lahir kita memiliki temperamen tertentu, yang terkait dengan konstruksi tubuh kita, khususnya di bagian empedu, lendir dan darah kita. Adanya sifat-sifat khas pada seseorang sebagai akibat dari dominannya salah satu cairan badaniah tersebut, itulah yang disebut temperamen. Dari sifat-sifat dominan itulah orang dapat digolongkan ke dalam salah satu dari empat temperamen dasar, yakni: Sanguinis, Choleris, Melankolis, dan Plegmatis. Umumnya sifat-sifat orang merupakan perpaduan dari empat temperamen dasar itu, dimana bisa salah satu dari unsur itu lebih dominan dari yang lain. Dari keempat jenis temperamen dasar itu orang bisa dibedakan sebagai ekstrovert (sanguinis, kholeris) dan introvert (melankolis, plegmatis); logis (kholeris, plegmatis) dan emotionalsentimentil (sanguinis, melankolis). Keempat jenis temperamen dasar itu memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga kita memandangnya tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Watak atau karakter merupakan diri kita yang sesungguhnya, merupakan hasil olah temperamen, yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan (pendidikan, agama, budaya, kebiasaan-kebiasaan, serta tekanan dan tantangan hidup yang kita lalui). Dengan demikian, watak atau karakter bukanlah bawaan lahir seperti halnya temperamen, melainkan yang terbentuk kemudian, khususnya melalui lingkungan dan penghayatan nilai-nilai tertentu yang ditanamkan oleh lingkungan kepada kita. Dengan demikian watak tau karakter adalah diri kita yang harus kita pertanggung jawabkan. Maka kita harus mendidik karakter kita agar dia terbentuk dengan baik. Pendidikan karakter bukan hanya dengan cara tunduk saja pada pengaruh lingkungan, melainkan dengan cara kritis menilai dan kemudian mengambil sikap yang tepat.
Kepribadian adalah keseluruhan diri kita, termasuk di dalamnya watak dan temperamen serta kebiasaan-kebiasaan lain yang ikut mempengaruhi pembawaan diri kita. Kepribadian bisa saja mencerminkan dengan baik temperamen atau watak kita, dan bisa juga berbeda dengan itu. Kepribadian itu umumnya merupakan diri kita yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain. Bisa saja suatu saat kita berusaha tampil dengan ramah,karena kita ingin orang memiliki kesan seperti itu kepada kita, tapi pada saat lain kita tampil dengan tegas, dan sebagainya, tergantung kita ingin mengesankan diri kita seperti apa kepada orang lain. Tentu saja ini tidak mencerminkan diri kita yang sesungguhnnya, melainkan lebih sebagai topeng saja, suatu wajah yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain. Namun bagi orang yang berkembang dengan baik dalam arti yang sesungguhnya, maka kepribadian yang dia ingin perlihatkan kepada orang tidak lain dari dirinya yang sesungguhnya.

SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA


A. SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA

Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat beragam, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat bahwa cara bekerja seperti itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.

B. TEORI TIPOLOGI

1. Teori Hippocrates – Gelenus

Terpengaruh oleh Kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya tersusun dari empat unsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api, yang masing-masing mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin dan api mendukung sifat panas, maka Hippocrates (460–370) berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia juga terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu :

- Sifat kering didukung oleh Chole,
- Sifat basah didukung oleh Melannchole,
- Sifat dingin didukung oleh Phlegma, dan
- Sifat panas didukung oleh Sanguis.

Hippocrates Gelenus berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan pokok, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis. Sifat kejiwaan tertentu yang khas ini, yang adanya tergantung kepada dominasi cairan dalam tubuh itu oleh Gelenus disebut temperamental.

2. Tipologi Mazhab dan Mazhab Perancis

a. Tipologi Mazhab Italia
Berdasarkan atas data-data yang di peroleh oleh DeGiovani, serta hukum deformasi yang dirumuskan oleh DeGiovani, Viola dalam penyelidikan-penyelidikannya menemukan, bahwa ada tiga macam tipe manusia berdasarkan atas keadaan tubuhnya, yaitu :
(1) Microsplanchnis: ukuran-ukuran menegak relatif dominan, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung.
(2) Macrosplanchnis: ukuran-ukuran mendatarnya relatif dominan, sehingga orangnya kelihatan pendek gemuk.
(3) Normosplanchnis: ukuran-ukuran menegak dan mendatar seimbang, sehingga orang kelihatan seimbang. Bermacam-macam bentuk tubuh yang demikian itu beralas pada keturunan.

b. Tipologi Mazhab Perancis
Mazhab Perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelainan-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan, yaitu :
(1) Ada lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respiratoris.
(2) Ada sekitar yang berwujud makanan-makanan yang menjadi sumber reaksi-reaksi digestif.
(3) Ada lingkungan yang berwujud keadaan-keadaan alam yang menjadi sumber reaksi-reaksi muskuler.
(4) Ada lingkungan yang berwujud keadaan sosisl yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebral.

3. Tipologi Kretschmer

a. Tipe-tipe manusia menurut keadaan jasmaninya

Kretschmer menggolong-golongkan atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat :
1. Tipe piknis, dengan sifat khas:
- Badan agak pendek,
- Dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar
- Leher pendek dan kuat
- Lengan dan kaki lemah
- Kepala agak “merosot” ke muka di antara kedua bahu, sehingga bagian atas dari tulang punggung kelihatan sedikit melengkung
- Banyak lemak, sehingga urat-urat dan tulang-tulang tak kelihatan nyata
Tipe ini memperoleh bentuknya yang nyata setelah orang berumur 40 tahun

2. Tipe Leptosom
Orang yang bertipe leptosom ukuran-ukuran menegaknya lebih dari keadaan biasa, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung. Sifat-sifat khas tipe ini ialah:
- badan langsing/kurus, jangkung
- perut kecil, bahu sempit
- lengan dan kaki lurus
- tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan jelas
- muka bulat telur
- berat relatif kurang

3. Tipe Atletis
Pada orang yang bertipe atletis ukuran-ukuran tubuh yang menegak dan mendatar dalam perbandingan yang seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras; tipe mini dapat dipandang sebagai sintesis dari tipe piknis dan tipe leptosom. Sifat-sifat khas tipe ini ialah:
- tulang-tulang serta otot dan kulit kuat
- badan kokoh dan tegap
- tinggi cukupan
- bahu lebar dan kuat
- perut kuat
- panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu dan kelihatan agak kecil
- tengkorak cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak
- muka bulat telur, lebih pendek dari tipe lepsotom

4. Tipe Displastis
Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe di atas, tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu di antara ketiga tipe itu, karena tidak memiliki ciri-ciri yang khas menurut tipe-tipe tersebut. Bermacam-macam bagian yang seolah-olah bertentangan satu sama lain ada bersama-sama. Kretschmer sendiri menganggap tipe displastis ini menyimpang dari konstitusi normal.

b. Tipe-Tipe Manusia Menurut Temperamennya

1. Tipe schizothym
Orang yang bertemperamen schizothym, sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita schizoprenia, hanya sangat tidak jelas, ada kecenderungan ke arah autisme: menutup diri sendiri, hidup dengan dirinya sendiri


2. Tipe cyklothym
Orang yang bertemperamen cyklothym, sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita manisdefresif, hanya sangat tidak jelas. Golongan ini juga mudah untuk ikut merasakan suka dan duka orang lain

c. Hubungan Antara Keadaan Jasmani Dan Temperamen

1. orang yang konstitusi piknis kebanyakan bertemperamen cyklothym, atau orang-orang yang bertemperamen cyklothym kebanyakan berkonstiusi piknis
2. orang-orang yang berkonstitusi leptosom, atletis, dan displastis kebanyakan bertemperamen schizothym, atau orang-orang yang bertemperamen schizothym kebanyakan berkonstitusi leptosom, atau atletis atau displastis.

C. TEORI SHELDON
Sheldon menggambarkan kepribadian manusia itu sebagai terdiri dari komponen-komponen.
a. Komponen Kejasmanian
(1) Komponen-komponen kejasmanian primer, yang terdiri dari
a. Endomorphy
Orang yang komponen endomorphynya tinggi sedang kedua komponen lainnya rendah ditandai oleh: lembut, gemuk, berat badan relatif kurang
b. Mesomorphy
Orang yang bertipe mesomorphy komponen mesomorphnya tinggi sedang komponeneyang lain lagi rendah; otot-otot dominan, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan, orang bertipe ini tampak: kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit.
c. Ectomorphy
Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ini organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit, sistem syaraf, dengan ciri-ciri: jangkung, dada pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.
(2) Komponen kejasmanian sekunder, yang terdiri dari
a. Dysplasia
Dengan meminjam istilah dari Kretchmer istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah dari pada tubuh.
b. Gynandromorphy
Gynandromorphy itu menunjukkan sejauh mana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini oleh Sheldon dinyatakan dengan huruf “g” jadi orang laki-laki yang memiliki komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Seseorang yang memiliki komponen “g” ini maksimal adalah banci.
c. Texture
adalah komponen yang menunjukkan bagaimana orang itu nampaknya keluar

(3) Komponen-Komponen Temperamen
Komponen-komponen temperamen ini terdiri pula atas tiga komponen yaitu:
a. Tipe viscerotonis
Sifat-sifat orang yang bertipe viscerotonis itu ialah:
1. Sikap tidak tegang (relaxed)
2. suka akan hiburan
3. gemar makan-makan
4. besar kebutuhan akan resonansi orang lain
5. tidurnya nyenyak
6. bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain

b. Tipe somatotonis
Sifat-sifat temperamen somatotonis ini ialah:
1. sikapnya gagah
2. perkasa (energetik)
3. kebutuhan bergerak besar
4. suka terus terang
5. suara lantang
6. nampaknya lebih dewasa dari yang sebenarnya
7. bila menghadapi kesukaran-kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan

c. Tipe celebrotonis
Sifat-sifat orang yang bertipe cerebrotonis itu adalah:
1. sikapnya kurang gagah, ragu-ragu
2. reaksinya cepat
3. kurang berani bergaul dengan orang banyak (ada sociopobia)
4. kurang berani berbicara di depan orang banyak
5. kebiasaan-kebiasaannya tetap, hidup teratur
6. suara kurang bebas
7. tidur kurang nyenyak (sukar)
8. nampaknya lebih muda dari yang sebenarnya
9. kalau menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri

(4) Komponen-komponen psikiatris, yang terdiri atas:
a. Affective
Yang bentuknya ekstrim terdapat pada para penderita psikosis jenis manis defresif
b. Paranoid
Yaitu banyak angan-angan, pikiran, gambaran-gambaran yang sangat jauh dari kenyataan.
c. Heboid
Yaitu bentuk ekstrimnya terdapat pada pra penderita hebehrenia, yaitu suatu bentuk dari pada schizoprenia (a sosial, anti sosial)

D. BEBERAPA TIPOLOGI YANG BERDASARKAN KEADAAN KEJIWAAN SEMATA-MATA

a. Tipologi Plato
Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu:
1. pikiran (logos) yang berkedudukan di kepala
2. kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada
3. hasrat (epithumid) yang berkedudukan di perut

b. Tipologi Queyrat
Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, daya-daya kognitif, afektif, dan konatif.
1. Salah satu daya yang dominan
a) Tipe mediatif, atau intelektual, dimana daya kognitif dominan
b) Tipe emosional, di mana daya efektif dominan
c) Tipe aktif, daya konatif dominan

2. Dua daya dominan
a) Tipe mediatif emosional atau daya kognitif atau afektif dominan
b) Tipe aktif emosional atau garang: daya konatif dan afektif dominan
c) Tipe aktif-mediatif: daya konatif dan kognitif dominan

3. Ketiga daya itu ada dalam proporsi yang seimbang:
a) Tipe seimbang
b) Tipe amproph
c) Tipe aphatis

4. Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak menentu:
a) Tipe tak stabil
b) Tipe tak teguh hati
c) Tipe kontraktroris

5. Ada tiga macam tipe yang tidak sehat, yaitu:
a) Tipe hypochonolis
b) Tipe melancholis
c) Tipe hysteris

c. Tipologi Malapert

1. Tipe intelektual, yang terdiri atas:
a) Golongan analitis
b) Golongan reflektif

2. Tipe afektif, yang terdidi atas:
a) Golongan emosional
b) Golongan bernafsu

3. Tipe voulenter, yang terdiri atas:
a) Golongan tanpa kemauan
b) Golongan besar kemauan

4. Tipe aktif, yang terdiri atas:
a) Golongan tak aktif
b) Golongan aktif

d. Tipologi Heymans
1. Emosionalitas (emosionaliteit), yaitu mudah tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh sesuatu kesan.
2. Proses pengiring, yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran.
3. Aktivitas (activiet), yaitu sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaannya dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan.
4. Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat.
5. Golongan yang tidak aktif yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau bertindak.

e. Tipologi Spranger
1. Dua macam rohk (Geist)
Pertama-tama spranger membedakan adanya dua macam rokh (Geist), yaitu:
a) Rokh subjektif atau rokh individual, yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing (individu)
b) Rokh objektif atau rokh supra individual, yaitu rokh seluruh umat manusia, yang dalam keadaan konkretnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma selama berabad-abad.

2. Hubungan antara rokh subjektif dan rokh objektif
Rokh subjektif dan objektif itu berhubungan secara timbal balik. Rokh subjektif atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan rokh objektif, artinya rokh subjektif tersebut berbentuk dan berkembang dengan memakai rokh objektif sebagai norma.

3. Lapangan-lapangan hidup
Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun menurut sistem atau struktur tertentu.
a) Lapangan pengetahuan (ilmu, teori)
b) Lapangan ekonomi
c) Lapangan kesenian
d) Lapangan keagamaan
e) Lapangan kemasyarakatan
f) Lapangan politik

BAB II
BEBERAPA TEORI KEPRIBADIAN YANG MEMAKAI
CARA PENDEKATAN LAIN

1. PSIKOANALISIS TEORI SIGMUND FREUD

a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian itu sendiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
1. Das Es (the id), yaitu aspek biologis
Das Es atau aspek biologis daripada kepribadian ini adalah aspek orisinal. Untuk menghilangkan ketidakenakan itu das es mempunyai dua macam cara, yaitu:
a) refleks dan reaksi–rekasi otomatis, misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya
b) proses primer, misalnya kalau orang lapar lalau membayangkan makan
2. Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis
Das Ich atau aspek psikologis daripada kepribadian timbul dari kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis.
3. Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis
Das ueber Ich atau aspek sosiologis pribadi ini merupakan wakil nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan (dimasukkan) dengan berbagai perintah larangan .

b. Dinamika kepribadian
Menurut Freud di dalam diri kita ini ada dua macam (lebih tepatnya dua kelompok) instink-instink, yaitu:
1. Instink-instink hidup
Fungsi instink hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras.
2. instink-instink mati
instink mati ini, yang disebut juga instink merusak (destruktif) berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan instink-instink hidup, karena itu juga dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelmaan dari pada instink mati ini ialah dorongan agresif.

c. Perkembangan Kepribadian
Adapun sumber tegangan pokok ialah
1. proses pertumbuhan fisiologis
2. frustrasi
3. konflik
4. ancaman

Beberapa bentuk mekanisme pertahanan itu, yang populer antara lain:
a) Proyeksi
Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanisme) menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang lain atau sifat-sifat benda di luar dirinya.
b) Fiksasi
Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkan, karena melangkah ke fase yang lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak.
c) Regresi
Isolasi adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karena menghadapi situasi yang baginya mengandung bahaya.
d) Isolasi
Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting.
e) Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah memberikan alasan rasional kepada sesuatu kejadian, sehingga kejadian yang jika sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan menimbulkan ketidakenakan.
f) Transkulpasi
Transkulpasi adalah mengkambinghitamkan pihak lain, walaupun diri sendiri sebenarnya membuat kesalahan.

2. Psikologi Analitis Teori Carl Gustav Jung
Menurut Jung kepribadian itu terdiri dari dua alam yaitu:
(a) Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar, dan
(b) Alam tak sadar (ketidaksadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam yaitu dunia batin sendiri.
a. Struktur kesadaran
1. Fungsi jiwa
Dominasi fungsi jiwa itu menurut Jung ada empat macam tipe manusia, yaitu:
(a) Tipe pemikir
(b) Tipe perasa
(c) Tipe pendria
(d) Tipe intuitif
2. Sikap jiwa
Yang dimaksud dengan sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido, yang menjelma dalam orientasi manusia terhadap dunianya.
3. Persona
Persona oleh Jung ialah cara seseorang dengan sadar menampakkan diri ke luar.
b. Struktur ketidaksadaran
1. Ketidaksadaran pribadi
Yaitu bagian daripada alam ketidaksadaran yang diperoleh individu selama sejarah hidupnya, pengalamannya pribadi.
2. Ketidaksadaran kolektif
Adalah bagian dari pada ketidaksadaran itu diperoleh oleh individu dari warisan nenek moyangnya, yaitu hal-hal yang diperoleh manusia (sebagai jensi) di dalam perkembangannya.

3. Individual Psychologic Teori Alfred Adler
a. Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia.
b. Pandangan teleogis
Adler sangat terpengaruh oleh “filsafat seakan-akan” yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya Die Philosophie des Als-Ob. Vaihinger mengemukakan, bahwa manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, tidak ada kenyataannya atau pasangannya di dalam dunia realitas.
c. Dua dorongan pokok
1. Dorongan kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada masyarakat
2. dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri
d. Rasa rendah diri dan kompensasi

4.
Arti Individual Psychologic
Individual psychologic mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami sesama manusia.
1) Aliran ini menghendaki ditentukannya tujuan-tujuan yang susila, seperti
a. Keharusan memikul tanggung jawab
b. Keharusan menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
c. Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan
d. Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya
2) Optimisme dalam bidang pendidikan
Mengenai pengaruh pendidikan aliran ini berpandangan optimistis.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk itu penulis dapat menyimpulkan makalah ini sebagai berikut:
1. Psikologi kepribadian bertujuan untuk mengenal sesama manusia baik sifatnya maupun tipe kepribadian masing-masing.
2. Saling berhubungan antara konstitusi dan temperamen baik jasmani maupun psikiatris
3. Mengikis dorongan keakuran dan mengembangkan dorongan kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.

B. Daftar Pustaka
Allport, G.W. Personality: a Psychologycal Interpretation. New York. Henry Holt, 1937.
Adler, A. Understanding Human Nature (Terj. Beram Walfe) New. York: Permabook-Greenberg, 1949.
Brand, H. The Study of Personality. New York: John Wiley & Sons, 1954.
Hall, C.S. & Lindzey, G. Theories of Personality. New York: John Wiley & Sons, 1957
Jacobi, J. De Psychologie Van C.G. Jung (terj. : M. Drukker) Amsterdam-Antwerpen: Contact, 1951.
Janse de Jonge, A.L. Karakterkunde, Baarn: Bosch & Keuning, 1949.
Roback, A.A. The Psychology Of Character. London: Routledge & Kegan Paul, 1952
Rumke, H.C. Inleiding tot de Karakterkunde. Haarlem: de Erven F. Bohn, 1951.
Sheldon, W.H. The Varieties Of Human Physique: an Introcdution to Constitutional Psychology, New York: Harper, 1942.
Sheldon, W.H. The Varieties Of Temperament: a Psychology of Constutional Difference. New York : Harper, 1942.
Spranger, E. Lebensformen. Leipzig: 1925.